Bismillah,
Sebenarnya diri ini banyak berfikir akhir-akhir ini.
Sembari menulis dan merangkai teori dari berbagai buku dan flashback lagi ke pelajaran
waktu kuliah di awal-awal dulu. Sempat lupa dan akhirnya sebelum posting,
penulis baca-baca lagi dan belajar lagi hingga menulisnya sendiri makan banyak waktu.
Sempat berfikir sih, apa gunanya nulis ginian di blog? Apa niat penulis yang
sebenarnya? Kata Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. dalam ceramahnya menyampaikan
bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihiwasallam bersabda bahwa amalan itu
tergantung niatnya.
Sejujurnya, penulis hanya ingin mengisi kekosongon
waktu dengan hal-hal produktif. Sebelum bencana Covid-19 ini terjadi, penulis
jarang sekali main handphone. Bisa dibilang dalam sehari tidak sampai 90 menit.
Namun, beda ketika bencana ini terjadi. Rasanya sangat hampa. Qodarullah, tidak
ada yang bisa disalahkan atas bencana ini. Ini semua murni atas kehendak Allah
subhanahu wata’alaa.
Mengingat umur kita yang terus bertambah, namun aneh
sekali rasanya. Kenapa makin hari diri ini belum puas akan pencapaian selama
ini. Terdengar negatif memang, seolah tidak bersyukur dengan apa yang telah didapat, tetapi bukan itu maksudnya. Setiap harinya tu berasa ada banyak sekali yang harus dipelajari, makin
dipelajari makin berasa bodohnya diri ini. Aduh, sampai kapan ni kita belajar
terus? luas kali ilmu ini. Hal ini membuat penulis suka nunda-nunda karena udah
kebayang semuanya mau dipelajari.
Sebenarnya tu gini gak sih, kita tu harus bersyukur
dan terus belajar! Ngomong mah enak, praktekkinnya susah. Tapi gini ya, coba
deh bayangkan hakikat kita di dunia ini untuk apa? Kenapa kita hidup? Sebagai umat
muslim pasti udah tahu kan jawabannya apa? Tapi gak munafik juga kan, antara
dunia dan akhirat kadang suka salah porsi. Pengennya porsi big tu akhirat, tapi
realitanya lebih ke dunia. Allahu yahdik, Fit.
Berbicara tentang porsi, semoga Allah subhanahu wata’alaa tetap menjaga
hati ini agar condong ke akhiratnya. Biarpun niat awal menulis karena mengisi
kekosongan waktu, tetapi kita bisa menjadikannya bernilai pahala, jika niat nya
karena Allah subhanahu wata’alaa. Penulis berharap, sekalipun yang ditulis
tentang “Ilmu Dunia”, semoga dapat memudahkan saudara-saudari semua dalam
menyelesaikan amanah yang diberikan, baik itu dari guru, dosen, atau lainnya.
Biarpun yang disampaikan tidak banyak, semoga ilmu yang sedikit ini dapat
menjadi ladang pahala di sisi Allah subhanahu wata’alaa.