"Cinta Dunia" Oleh Syaikh Ibnu Al-Utsaimin رَحِمَهُ اللهُ
Tuesday, February 02, 2021Semoga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Menjaga Diri Kita Dari Cinta Dunia Yang Melebihi Cinta Akhirat. (Sumber Google) |
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Cinta dunia apabila melebihi kecintaan kepada akhirat maka ini tercela. Adapun mencintai dunia dalam rangka membantu dirinya kepada ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan memberikan sedekah dan berbuat baik kepada manusia, dan memakmurkan masjid maka itu tidak masalah. Yang tercela dalam mencintai dunia adalah mencintainya untuk mengumpulkannya dan menyimpannya.
Adapun mencintai dunia untuk bersedekah dan menyerahkannya kepada hal-hal baik. Seperti dia punya harta, lalu dia sedekahkan, lalu memakmurkan masjid, sampai dia berinfak di jalan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, dan menyantuni orang miskin, maka ini yang di anjurkan.
Dianjurkan bagi seorang mukmin berusaha untuk mencari harta sehingga dia mampu untuk berinfak di jalan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dengan berdagang, bertani, berkebun dan bekerja dengan pekerja yang lain yang Allah halalkan dan menghasilkan harta. Seperti apa yang disampaikan Nabi shallallaahu ‘alaihi wassalam ketika beliau ditanya: “Pekerjaan apakah yang paling baik?” beliau menjawab: “Seorang yang bekerja yang dihasilkan dari tanganya dan setiap usaha diterima.” Nabi shallallaahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Tidaklah suatu yang dimakan oleh seorang hamba lebih baik dari makanan yang dihasilkan dari tangannya. Dan dahulu Nabi Daud makan dari hasil tangannya. Beliau seorang pandai besi yang membuat senjata dan tameng.
Mencintai harta dan tidak mau mengeluarkannya dengan hanya menyimpannya, maka ini perbuatan yang tercela. Adapun mencintai harta dengan menginfakkannya dan berbuat baik kepada hamba-hamba Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Demikian juga dapat membantunya dalam ketaatan kepada Allah. Ini semua perkara yang dituntut
Tulisan ini merupakan bentuk video dauroh oleh salah satu hamba Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kepada syaikh, dimana disini penulis menyalin ulang dalam bentuk tulisan. Barakallahu fiikum
0 comments